Thursday, August 15, 2013

Main Saham ala Intelligent Investor - Investment versus Speculation

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ulasan ini adalah kelanjutan dari bagian Introduction, dan mengacu pada Bab 1: Investment versus Speculation, hal 18 - 46.

Graham tidak membuang-buang waktu pada bab ini. Straight to point, langsung dengan memberikan definisi yang jelas akan investasi:
“An investment operation is one which, upon thorough analysis promises safety of principal and an adequate return. Operations not meeting these requirements are speculative.”

Jika ini masih membingungkan rekan-rekan sekalian, Zwaig mencoba memberikan penjelasan lebih jauh lagi mengenai ide investasi Graham, yaitu:
  1. kita harus benar-benar menganalisis suatu perusahaan dan kemantapan bisnis yang dikerjakan perusahaan tersebut sebelum membeli sahamnya;
  2. kita harus bersungguh-sungguh melindungi diri dari kerugian yang fatal;
  3. kita berharap mencetak hasil yang secukupnya, dan tidak berlebih-lebihan.

Sebelum kita lanjut akan hal ini, harap para rekan ingat bahwa secara umum investor gaya apa pun tidak masalah menerima penjelasan ke-1 dan ke-2 dari Zwaig. Hanya saja, penjelasan ke-3 adalah yang paling membedakan Value Investor dari investor gaya lainnya seperti Growth Investor macam Phil Fisher atau William O’Neil atau bahkan Peter Lynch ketika beliau membahas saham tipe fast-growth atau turnaround. Jadi jangan heran jika track record seorang Value Investor terlihat membosankan dari waktu ke waktu, karena mereka memang lebih menekankan konsistensi daripada return yang tinggi! 

Jika para rekan tidak percaya, silakan cek situs Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik Warren Buffet. Ingat, beliau adalah murid Graham yang terbaik dan secara umum masih banyak gaya investasi Graham yang Buffet terapkan sampai sekarang. Bisa anda tebak berapa return investasi Buffet setiap tahunnya sampai beliau bisa menjadi orang terkaya di dunia? 100%?? 1000%???

Percaya atau tidak, rata-rata annual return Buffet dari tahun 1965 – 2012 adalah 19.7% saja (!) Sebagai bayangan seberapa kecilnya persentase return dari investasi Buffet setiap tahun, coba bayangkan membuka usaha dengan modal 1 juta rupiah (Rp 1.000.000,-) pada awal Januari, dan ketika akhir Desember pada tahun yang sama para rekan hanya berhasil membukukan laba sebesar 197 ribu rupiah (Rp 197.000,-) saja!

"Kalau begitu mengapa Buffet bisa menjadi orang terkaya di dunia??" Tanya anda dengan napas tersengal-sengal setengah tidak percaya seperti orang yang baru tersambar petir di siang bolong. Ada beberapa alasan yang jarang dibahas, tetapi sangat signifikan menurut hemat saya.

Pertama, Buffet adalah pebisnis yang cerdik dan memiliki modal awal yang banyak. Dan pas saya bilang banyak, maksud saya itu sangat amat banyak sekali! Modal investasi Buffet kebanyakan berasal dari dana nasabah yang masuk melalui sektor asuransi di Berkshire Hathaway. Walaupun return tahunan hanya 19.7%, tetap saja hasilnya akan sangat banyak jika modal awalnya 100 trilyun misalnya.

Yang kedua, Buffet adalah orang yang hidup sederhana. Tidak seperti taipan Donald Trump yang sangat flamboyan sebagai contoh, Buffet adalah contoh klasik dari orang yang menjadi kaya dengan sukses dari berbisnis tetapi tidak menghambur-hamburkan uangnya untuk hal-hal yang kelewat materialistis. Bukan saja Buffet tidak menghambur-hamburkan keuntungan perusahaan Berkshire Hathaway, Buffet bisa dibilang menginvestasikan lagi nyaris semua keuntungannya dengan membeli lagi saham perusahaan yang telah dia teliti dengan baik. Dan dengan begitu, keajaiban compound interest (bunga berbunga) akan bekerja dengan luar biasa pada portofolio Buffet!

Dan terakhir, konsistensi! Sebagai bukti konsistensi Buffet dalam berinvestasi, perhatikan bahwa Buffet hanya merugi selama 2 tahun (saja!) sepanjang tahun 1965 sampai 2012, yaitu pada krismon besar tahun 2001 setelah dotcom bubble pecah beserta serangan teroris 9/11 di kota New York dan 2008 dimana terjadi sub-prime mortgage crisis di Amerika. Dan bahkan ketika Buffet merugi pun, kerugian beliau masih relatif jauh lebih kecil daripada anjloknya indeks S&P 500 pada tahun yang sama. Ingat apa yang Graham tekankan pada bagian Introduction. Kita (Value Investor) akan menang dalam jangka panjang!

Saya pribadi setuju -selain penjelasan yang ke-3 dari Zwaig di atas- bahwa definisi investasi dari Graham ini adalah definisi investasi yang paling masuk akal setelah membandingkan beberapa gaya investasi selain value investing. Artinya, tidak peduli gaya investasi para rekan mau ala Graham, Buffet, Fisher, Lynch, O’Neil atau siapa pun juga, seorang investor sejati tidak pernah boleh lupa untuk ‘mengerjakan PR’ dulu sebelum menanamkan uang di situ!

Jika para rekan tidak mau ‘mengerjakan PR’, maka anda tidak layak disebut sebagai seorang investor. Anda hanyalah seorang spekulan, dan sungguh satu kesalahan fatal mengganggap diri sendiri sedang berinvestasi jika ternyata yang para rekan lakukan adalah spekulasi.
Investasi atau spekulasi?
Saya pernah berdebat sama seorang teman mengenai hal ini karena teman saya tidak setuju ketika saya menyebut apa yang dia lakukan sebagai spekulasi setelah membeli properti di Jakarta untuk ‘investasi’ hanya dengan mengikuti iklan di pinggir jalan! Harap diingat, sebagai Intelligent Investor bukan berarti kita dilarang untuk berspekulasi. Justru sebaliknya! Graham malahan mengakui ada spekulasi yang cerdas, ‘Intelligent Speculation’, dan Zwaig juga mengingatkan bahwa perusahaan-perusahaan baru dan inovatif hanya akan tumbuh jika mereka mendapatkan modal yang cukup dari para spekulan yang pemberani.

Yang membuat Graham gemas adalah ketika orang mencoba menipu diri sendiri dengan mengaku-ngaku sedang berinvestasi, padahal yang dilakukan adalah spekulasi. Itu berarti jika para rekan membeli emas, properti, saham atau apa pun juga karena percaya omongan orang, sekedar termakan iklan, dengar-dengar di TV/koran/forum internet kalau yang ini atau yang itu akan naik, maka para rekan telah berspekulasi dan bukan berinvestasi.
Emas, properti, dan saham sebagai wadah 'investasi' populer di Indonesia.
Source: 'Kontan.co.id'

Untuk main saham misalnya. Mari jawab dengan jujur, berapa banyak dari para rekan disini yang sudah pernah membaca laporan keuangan suatu perusahaan sebelum membeli sahamnya? Apakah kita telah jujur pada diri kita sendiri? Apakah kita benar-benar sedang melakukan investasi sebagaimana yang didefinisikan oleh Graham, ataukah kita sedang menipu diri sendiri padahal yang kita lakukan sesungguhnya adalah spekulasi? Marilah kita bersama-sama merenungkan pertanyaan itu setiap kali kita akan mengambil keputusan investasi apa pun.

Jadi apa pesan moral bab ini? Sederhana saja. Seorang Intelligent Investor sejati tidak akan pernah berinvestasi tanpa mengetahui apa yang akan dia beli! Pelajari baik-baik sebelum mengambil keputusan investasi. Spekulasi itu tidak salah, tetapi jangan pernah menipu diri sendiri bahwa apa yang para rekan lakukan adalah investasi jika pada kenyataannya apa yang para rekan lakukan hanyalah spekulasi belaka, apalagi sampai mempertaruhkan uang yang sebenarnya para rekan tidak siap kehilangan jika ternyata spekulasi tersebut tidak berhasil.

Ulasan berikutnya adalah Bab 2: The Investor and Inflation, hal 47 – 64. Selamat membaca!

4 comments:

  1. Ulasan yang tepat kena sasaran.

    Banyak pemula yang berangan-angan untung besar dari bermain saham karena terpengaruh iklan seminar/workshop yang menjanjikan return 20-100% (bahkan lebih) dalam hitungan hari.

    Kalau pemula tahu bahwa investor TERKAYA di dunia, Warren Buffet, rata-rata return per tahunnya hanya kurang lebih 20%, mereka (mungkin) akan membuat target yang masuk akal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Return 20-100% per hari itu sih memang benar... tetapi itu berlaku bagi yang memberi seminar/workshop dan bukan pesertanya. Hehehehehehe.... ;)

      Delete
  2. hahaha bener.., para trainer saham kaya bukan dari hasil tradingnya tapi dari hasil seminarnya....
    " Gambling atau spekulasi dalam saham sama saja dengan bunuh diri, memahami medan perang dengan sebaik-baiknya serta segera temukan style trading yg lebih banyak cuannya sebagai senjata lalu menggunakannya dengan sepenuh jiwa akan membuahkan hasil "

    ReplyDelete
  3. bagus blog ente, gak menyesatkan atau menggembor2kan investasi pasti kaya :D soalnya kebanyakan orang bilang, saham bisa bikin kaya, untung 1000 persen! :P hahahaha! kalo gitu gak ada orang miskin dong hahaha!

    mantaps bro blog ente

    ReplyDelete