Thursday, September 12, 2013

The Legend of Munehisa Homma

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Menurut para rekan, siapa trader terbesar dalam sejarah umat manusia?

Apakah Jesse Livermore? Saya tidak setuju. Livermore jatuh bangun from rags to riches to rags to riches to rags again terus menerus sampai akhirnya Livermore bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri karena kembali kehilangan segala-galanya dan merasa dirinya telah gagal total!

Kalau begitu mungkin Nicolas Darvas? Apa para rekan pernah curiga mengapa kisah keberhasilan Darvas selalu terhenti pada sekitar akhir tahun '50-an saja? Tidak banyak yang membahas ini memang, tetapi sebenarnya Darvas merugi besar pada tahun '60-an dari main saham, dan anehnya hal ini nyaris tidak pernah disinggung ketika orang berkoar-koar tentang Darvas!

Jadi kalau bukan Livermore dan Darvas, siapa dong Bung Willy?

Saya pribadi kalau harus memilih, akan menyebut nama Munehisa Homma.
Munehisa Homma

Homma memang jarang disinggung dalam literatur modern, tetapi para rekan boleh percaya boleh tidak, Homma adalah sang penemu analisis teknikal modern. Secara lebih spesifik lagi, Homma adalah orang yang pertama kali menerapkan konsep Price Action (Aksi Harga) dalam menganalisis dinamika pasar.

Analisis Aksi Harga sendiri secara sederhana bisa diartikan sebagai kemampuan untuk membaca pergerakan harga berdasarkan prinsip supply and demand dan mengambil keputusan trading pada segala tipe pasar, pada segala timeframe, dan tanpa menggunakan indikator apa pun.

Homma tercatat dalam sejarah Jepang abad ke-18 sebagai saudagar beras yang paling sukses pada masanya. Dengan menggunakan konsep Aksi Harga, Homma berhasil mendominasi perdagangan beras pada pasar berjangka Dojima. Yap, para rekan tidak salah membacanya. Analisis teknikal bukan lahir dari pemain saham, melainkan dari pedagang beras! Jika anda menggunakan analisis teknikal untuk main saham atau Forex atau apa pun sampai saat ini, berikanlah rasa hormat yang lebih kepada para pedagang beras yang anda temui di pasar mulai dari sekarang.

Saking suksesnya Homma menggunakan konsep Aksi Harga, pemerintah Jepang saat itu sampai mengangkatnya langsung sebagai konsultan finansial nasional (bayangkan Ben Bernanke dan Warren Buffet digabung jadi satu Homma) dan sekalian menganugerahkan gelar kehormatan 'samurai' kepada Homma!

"Seberapa sukses sih sebenarnya Homma? Sampai-sampai Bung Willy disini sebegitu hormatnya sama Homma??" Begitu mungkin pikir anda sambil mengerutkan kening.

Percaya atau tidak, Homma berhasil mencetak 100 kali keputusan trading yang terus-menerus untung berturut-turut! Sekali lagi, 100 kali keputusan trading yang terus-menerus untung berturut-turut! Ingat, ini berarti 100 kali trading dan selalu berhasil Take Profit tanpa pernah Cut Loss sekali pun!

Saya tidak yakin bahkan trader kelas kakap seperti Livermore atau Darvas berhasil mencatatkan prestasi luar biasa selevel Homma. Walaupun kalau mau jujur, jelas Homma memiliki keunggulan karena beliau adalah sang penemu konsep Aksi Harga dan tidak ada orang lain yang menggunakannya pada zaman itu.

Homma sendiri menulis beberapa buku yang menjabarkan ide-idenya secara gamblang tentang psikologi pasar. Menurut Homma, aspek psikologis dari pasar sangat kritikal dalam menentukan sukses tidaknya trading, dan juga emosi dari para trader akan memberikan pengaruh yang signifikan pada dinamika harga beras. Dari situlah kita bisa mengambil posisi yang tepat ketika pasar melesu karena beruang ganas mengamuk, atau pun ketika pasar bergairah karena banteng liar melesat.

Homma meninggal pada tahun 1803, tetapi ide Homma sama sekali tidak lenyap termakan zaman. Para trader generasi setelah Homma bahkan memformalkan ide-ide Homma secara luas, dan sekarang kita menyebutnya sebagai Candlestick chart.

Dasar dari Candlestick chart

Saya percaya kalau Homma masih hidup sekarang, beliau akan sedih melihat betapa trader sekarang sudah sebegitu tergantungnya kepada indikator dan robot, dan cenderung mengabaikan langsung apa yang sebenarnya merupakan hal paling mendasar dari itu semua, yaitu konsep Aksi Harga itu sendiri.

Sungguh sangat tidak masuk akal dan di luar akal sehat untuk bergantung pada indikator yang cenderung lelet dan menyesatkan ketika semua yang kita perlukan untuk masuk dan keluar pasar pada saat yang tepat sudah berada di depan hidung kita sendiri dalam wujud Aksi Harga yang bersih, tanpa segala macam tetek bengek dan omong kosong yang sering kali hanya memenuh-menuhi tempat saja dan memberikan sinyal-sinyal palsu yang menjerumuskan para trader yang lugu.

Metode Aksi Harga yang bersih tanpa indikator ini terus bekerja dengan baik dari abad ke-18 sampai sekarang, dan akan terus konsisten berhasil di masa depan karena manusia secara psikologis akan terus memiliki rasa tamak dan panik. Semakin bersih chart yang kita gunakan dari indikator, justru malah semakin besar akurasi kita dalam membaca dinamika pasar. Munehisa Homma telah berhasil mengungkap rahasia ini 300 tahun yang lalu, dan saya percaya sekarang kita pun juga bisa sukses trading menggunakan Aksi Harga ala Homma.

9 comments:

  1. Sangat menarik. Saya tahu Candlestick asalnya dari Jepang dan bermula dari bursa berjangka beras di sana. Tapi saya tidak tahu bahwa Munehisa Homma-lah pribadi di balik candlestick ini. Nah, sekarang saya jadi tahu.

    Tambah jelas bahwa bung Willy adalah Candlestick fans. :D

    ReplyDelete
  2. Haha, sedikit koreksi ya Bung Iyan. Homma kemungkinan besar bukanlah orang yang menulis Candlestick chart, tetapi ide-ide trading Homma yang kemudian menjadi dasar dari Candlestick chart modern. Sepertinya Candlestick chart lahir pada awal zaman Meiji di Jepang, berarti sekitar setengah abad setelah Homma wafat. Dunia investasi barat mengenal Candlestick chart berkat analisis Steve Nison. Nison ini juga yang kelak menjadi generasi pertama Chartered Market Technician (CMT) di dunia.

    Jika Bung Iyan atau para rekan disini tertarik ingin tahu lebih lanjut tentang Candlestick chart, saya sarankan membaca "Japanese Candlestick Charting Techniques" yang ditulis langsung oleh Steve Nison. Saya pribadi menempatkan buku ini sebagai referensi utama untuk analisis teknikal, selevel dengan buku "Technical Analysis of the Financial Markets" karya John Murphy.

    BTW, saya pribadi merasa tafsiran Candlestick sebenarnya tidak semuanya praktis dalam trading di dunia nyata. Saya biasanya lebih berhati-hati dalam memakai Candlestick chart, dan hanya memilih pola yang peluang suksesnya sangat tinggi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sudah baca buku Steve Nison "Japanese Candlestick Charting Techniques" tapi saya belum menemukan cara aplikasi yang tepat/cocok dengan trading saya. Saya lebih "sreg" membaca price-action dalam angka.

      Delete
    2. Yah, tidak masalah juga sih. Selama kita sudah dapat gaya trading yang sreg dengan karakter kita dan bisa konsisten profit, mengapa harus berubah-ubah lagi? Ada banyak jalan ke Roma, tidak masalah yang mana yang mau diambil asalkan bisa sampai tujuan sesuai keinginan kita. :)

      Delete
  3. Hallo Pak Willy,

    terima kasih ulasannya yg sangat membantu saya si calon baby trader :D
    masih calon jadi baby trader.. hehehe..

    kalo boleh tolong diulas juga mengenai candlestick ini ya pak.

    oh ya, apa berarti Pak Willy ini maksudnya melakukan open transaksi OP dengan melihat candlestick patern ya pak?
    ato juga dikombinasikan dengan 2 ato lebih garis MA (Moving Average)?

    mohon pencerahannya ya pak..
    (sorry kalo pertanyaannya sedikit melenceng dari hal2 yg fundamental)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo kawan Yusak,

      kayak judul film saja 'Sang Pencerah'. Hehehehehe... :D

      100% saya melihat dari candlestick pattern. Chart yang saya pakai bersih dari segala macam indikator. Tidak ada MA, MACD, stochastic, dll.

      Kapan2 saya mungkin menulis tentang candlestick pattern. Sekarang saya ingin fokus selesai mengulas Intelligent Investor dulu. ;)

      Delete
  4. Hallo bung Willy dan Pak Iyan, apakah bung sekalian punya messenger atau akun pribadi u/ bisa berkonsultasi langsung? Tks.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Bung Malvin,

      maaf, saat ini saya tidak melayani konsultasi langsung. Tks.

      Delete