Sunday, December 1, 2013

Target Laba Investor Aktif di Indonesia (Bagian 1)

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Saya mendapat pertanyaan dari beberapa rekan tentang target laba yang masuk akal bagi mereka yang sudah mantap ingin menjadi investor aktif di Indonesia. Kita tahu sebelumnya bahwa investor aktif dapat mencetak hasil yang lebih tinggi dari investor pasif yang sekedar fokus main saham lewat reksadana indeks dan menggunakan Dollar-cost averaging strategy.

Dari sini, tentu kita secara kasar dapat menetapkan batas terendah yang bisa menjadi target investor aktif. Minimal, seorang investor aktif harus berhasil mencetak return yang 100% setara dengan return Indeks Harga Saham Gabungan pada akhir tahun. Perhatikan bahwa saya tidak mengatakan return harian, mingguan, atau bahkan bulanan. Boleh-boleh saja jika laba jangka pendek anda masih di bawah return dari indeks, tetapi return anda setelah investasi 1 tahun harus bisa berada di atas indeks.

Atau jika rekan investor fokus pada aspek tertentu dari IHSG, return anda minimal harus setara dengan return dari indeks yang para rekan pilih. Misalnya jika para rekan membatasi diri berinvestasi aktif pada saham syariah, maka investasi anda pada akhir tahun harus berhasil mengalahkan return jika seandainya para rekan sekedar berlangganan reksadana syariah Jakarta Islamic Index.

Atau bisa juga jika para rekan memilih fokus investasi aktif pada sektor tertentu dari IHSG, misalnya sektor pertambangan. Target labanya juga tidak berubah. Investasi anda pada akhir tahun harus berhasil mengalahkan return jika seandainya para rekan sekedar berlangganan reksadana sektor pertambangan.

Sebentar, Bung Willy. Itu kan kalau pasar sedang bullish. Kalau ternyata pasar sedang bearish bagaimana?

Ya, tidak masalah. Ingat, ciri khas investor aktif adalah kemampuan mereka mencetak return yang lebih baik daripada investor pasif. Pada saat pasar bearish, return investor pasif tentu juga otomatis akan menurun seiring dengan anjloknya harga pasar.

Dengan demikian, secara kasar kita dapat menentukan batas bawah untuk return dari investor aktif pada saat pasar sedang bearish. Mau tidak mau, investor aktif harus bisa menjaga agar return investasinya tidak terjerembab lebih parah dari anjloknya indeks yang menjadi benchmark mereka!

Agar lebih jelas lagi, mari kita perhatikan beberapa contoh nyata target laba dari para rekan investor yang saya ketahui.

1) Rekan Iyan dari blog Terus Belajar Saham
Bung Iyan adalah sahabat seperjuangan saya yang juga memiliki pengalaman cukup banyak dalam bermain saham. Pada blognya, Bung Iyan bahkan membagi beberapa target laba bagi investor aktif tahap pemula, menengah, dan mahir.

Hal yang menarik disini adalah bagaimana rekan Iyan sebagai investor yang mahir memiliki target laba yang cukup konservatif ketika pasar sedang bullish (untung 100% mengikuti kenaikan IHSG), namun sangat agresif ketika pasar sedang bearish (rugi maksimal 20% dari penurunan IHSG). Saya rasa ini mengacu kepada pengalaman pahit ketika IHSG berdarah-darah pada tahun 1998, dan taktik umum sebagai seorang trader saham. Cut your losses short, and let you winners run.

2) Rekan Bola Salju dari blog Bola Salju
Rekan Bola Salju adalah salah satu Value Investor di Indonesia yang paling berhasil yang saya ketahui. Walaupun beliau sangat rendah hati, saya sangat terkesan dengan return tahunan yang berani rekan Bola Salju tuangkan pada blognya pribadi, komplit dengan strategi investasinya secara terbuka.


Pada kenyataannya, rekan Bola Salju berhasil mencetak hasil yang luar biasa dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, return tahunan rekan Bola Salju adalah 160%. Hal ini terus berlanjut pada tahun 2012 dengan return tahunan mencapai 146.3%!

Hal yang menarik adalah pada tahun 2013 yang  merupakan tahun penuh tantangan bagi kawan Bola Salju begitu pasar melesu karena diterkam beruang ganas. Pada Oktober 2013, return YTD rekan Bola Salju hanyalah 0.94% saja.
Tahun 2013 yang penuh dinamika
Source: Kontan.co.id

Saya cukup maklum karena tahun ini memang memberikan ujian berat bagi para investor di Indonesia.

3) Warren Buffet, the Oracle of Omaha
Return tahunan Buffet bisa diakses masyarakat luas melalui situs Berkshire Hathaway, jadi saya tidak akan berpanjang lebar disini. Secara umum, memang return tahunan Buffet bisa mengalahkan indeks S&P 500 dalam jangka panjang dengan rata-rata return 20% per tahun.

Hal yang menarik disini adalah fakta bahwa return tahun Buffet 'hanya' sekedar 20% per tahun, sedangkan sebelumnya kita melihat rekan Bola Salju bisa mencetak hasil yang sangat fantastis ketika pasar sedang bullish. Saya rasa inilah hal yang sering dilupakan orang ketika membahas return investasi saham pada Developed World dan Emerging Markets. Kebanyakan saham di Indonesia bisa dibilang jatuh pada tipe Growth Stock, suatu ciri khas dari negara-negara Emerging Markets. Dengan kata lain, jauh lebih cepat menjadi kaya-raya lewat investasi saham pada Indonesia daripada Amerika!

Hanya saja harap diingat, risikonya juga jauh lebih besar untuk berinvestasi saham pada Emerging Markets jika dibandingkan dengan berinvestasi pada Developed World. Higher risk, higher return.

4) Lo Kheng Hong, the Living Legend
Sebagai penutup, mari kita selidiki seberapa besar return tahunan investor saham yang paling sukses sepanjang sejarah Indonesia, yaitu Lo Kheng Hong. Sayangnya beliau termasuk tipe orang yang -maaf- kolot, dan tidak tertarik menuliskan strategi investasi sahamnya secara online dari waktu ke waktu.

Akan tetapi, kita dapat melacak target laba Lo Kheng Hong sedikit-banyak melalui Google:
Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat jatuh hingga uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham. Akhirnya uang saya meningkat 150,000% sampai saat ini. [sumber: Investor Daily]

Interview Lo Kheng Hong dengan Investor Daily tersebut berlangsung sekitar akhir 2011. Jika kita mengacu kepada kutipan tersebut dan menggunakan hitung-hitungan sederhana dengan matematika bunga berbunga, kita akan mendapatkan rata-rata return tahunan rekan Kheng Hong sebesar 69%. Ini konsisten dengan harapan kita bahwa investasi di Emerging Markets harus Higher Return daripada investasi di Developed World seperti yang dilakukan Warren Buffet.

Di sisi lain, kita juga harus mengakui fakta bahwa Kheng Hong pernah mengalami kerugian sampai -85% dari total portofolio sahamnya (asumsikan semua uang beliau untuk investasi saham). Ini lebih buruk daripada batas bawah investor aktif yang kita tetapkan sebelumnya, karena IHSG 'hanya' anjlok sekitar -60% saja ketika krisis 1997-1998. Saya menduga Kheng Hong sebenarnya termasuk tipe investor aktif yang super agresif, atau bisa juga saat itu 'ilmu' beliau masih rendah, jadi masih banyak melakukan kesalahan sebagai 'pemula'.

Saya pribadi sebagai modern Value Investor masih harus banyak belajar dan berlatih seperti layaknya rekan-rekan di atas yang sudah berhasil mencetak hasil yang mengagumkan sebagai sesama investor aktif. Jika mereka bisa, saya juga bisa. Mengapa tidak?

Jika saya percaya pada bangkitnya bangsa Indonesia pada abad modern ini, saya juga akan turut bangkit ketika sang Macan Asia kembali mengaum. Percayalah pada daya tahan bangsa Indonesia ketika beruang ganas lepas seperti sekarang ini, dan kita akan kembali tertawa ketika sang beruang kembali terlelap dan banteng liar kembali melesat.

Selama kita masih percaya pada daya tahan bangsa ini, Indonesia akan terus bertahan tidak peduli sedahsyat apa pun krisis yang menghantam kita di masa yang akan datang. Confucius pernah berkata, negara yang kuat butuh senjata, makanan, dan kepercayaan rakyat. Korbankanlah senjata dan makanan jika harus memilih, tetapi jangan pernah sampai kehilangan kepercayaan rakyat. Jika suatu negara sudah sampai tidak lagi memiliki kepercayaan rakyatnya, tamatlah riwayat negara tersebut.

4 comments:

  1. Mantap, bung Willy.

    Target Laba investor/trader memang harus disesuaikan dengan gaya masing-masing, bahasa rekan Willy "signature move"nya. Sangat tepat rekan Willy mencantumkan beberapa contoh.

    Yang paling penting adalah jangan mengharapkan "return" yang amat sangat tinggi dalam waktu amat sangat cepat. Tidak ada cara instan untuk sukses. Kalau mau sukses yang instan, kata bu dukun, harus ada tumbalnya. Iiih, serem.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih, Bung Iyan. Saya melihat banyak Signature Move yang berbeda-beda, bahkan dari para rekan Value Investor. Ya tidak masalah juga, selama kita tetap menang dalam jangka panjang. :D

    Return yang tinggi sangat mungkin ketika pasar bullish, tetapi ya ada pendapat bahwa semua orang 'mendadak' jadi jenius ketika pasar bullish.

    Ujian yang sebenarnya adalah ketika pasar bearish. Apa kita akan sanggup bertahan melihat portofolio kita berdarah-darah? Apa kita akan kehilangan harapan dan mulai koar-koar kemana-mana kalau pasar saham memang penuh pemain curang, penipu, dan maling?

    Investor sejati pasti akan bangkit lagi, sedangkan investor gadungan ya akan terkapar dan tidak akan bisa bangkit untuk waktu yang lama. Masih ada loh orang yang marah-marah tidak mau mengaku salah dan kalah karena BUMI 2008, padahal itu kan sudah 5 tahun lewat.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas sharingnya Bung Willy... sangat menarik pembahasannya...

      Saham mempunyai sifat yang sangat dinamis, dia akan memberikan return yang tinggi kepada siapapun tak terkecuali para newbie saat itu masuk pada kondisi pasar yang sedang bullish, dan dia juga akan menghajar siapapun tidak kenal ampun saat kondisi pasar lagi bearish. Siapa yang tetap rendah hati saat pasar sedang bullish dan kuat bertahan saat pasar bearish dialah calon pemenangnya.

      Trader sejati akan memanfaatkan segala situasi untuk meningkatkan kemampuannya guna hari esok yang cerah, percayalah pada saatnya nanti saham indonesia akan bersinar dan beruntunglah mereka yang sudah menyiapkan dirinya untuk menyongsongnya.

      Spekulan sejati adalah mereka yang membeli saham tapi tidak mengerti apapun tentang saham yang dia beli baik daeri sisi FA maupun TA. Dia tidak akan kapok dengan kerugian yang dia alami bahkan dia selalu mengejar profit untuk balas dendam, padahal itu akan menghancurkannya.

      Investor sejati adalah mereka yang memegang FA dengan sepenuh hati tidak gentar dengan kondisi market yang sedang bullish ataupun bearish yang sifatnya sementara. Dia berkeyakinan bahwa secara long term market bullish seiring perkembangan dan kondisi ekonomi indonesia yang membaik.

      Delete
    2. Filsafat anda menarik, rekan Yulianto. Spekulan yang cerdas sebenarnya juga ada, sayangnya spekulan lebih banyak lagi yang tidak cerdas. Sungguh celaka!

      Delete