Friday, January 10, 2014

Main Saham ala Intelligent Investor - The Investor and His Advisers

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ulasan ini adalah kelanjutan dari Bab 9, dan mengacu pada Bab 10: The Investor and His Advisers, hal 257 - 279.

"Pak, buruan beli TAHU. Sahamnya lagi digoreng."

"Gak ikutan koleksi TMPE? Sudah naik 10% setelah isu tapering loh, Bu!"

"Gw baca di blog Billy the Pip kemarin Lo Kheng Hong sudah beli BUMI. Bego bener lo pada, kalo Kheng Hong saja sudah beli, kita juga jangan ketinggalan!"

Bagaimana? Apakah para rekan disini pernah mendengar hal-hal seperti di atas sepanjang karir bermain saham? Bab ini sangat menarik dan tepat sasaran menurut saya. Graham menjabarkan makna 'advisers' lebih dari sekedar pemberi nasihat finansial profesional.

Makna penasihat disini adalah seluas-luasnya, termasuk suami, istri, anak, orangtua, kerabat, sahabat, tetangga, rekan milis, teman chatting, rumor bandar, internet, kawan arisan, sopir taksi, tukang ojek, komentator, blogger, kolumnis, berita TV, kasir bank, marketer, broker, dealer, analis, sampai pemberi nasihat finansial profesional betulan.

Coba renungkan sejenak. Kita selalu mendapatkan nasihat-nasihat dan hot tips dari berbagai sumber yang kalau dipikir-pikir kebanyakan itu omong-kosong dan ngawur.

Kalau anda mencoba kritis sedikit, bahkan blog Billy the Pip yang anda baca ini cukup meragukan latar belakang penulisnya. Apa yang saya tuangkan disini adalah pemikiran saya berdasarkan bacaan-bacaan dan pengalaman investasi yang bisa jadi hanya 'sekedar' tahu sedikit saja, dan bisa jadi juga saya hanya sok tahu koar-koar berbagi dan menggurui para pembaca setia blog ini.

Anehnya, para pemain saham cenderung mencari hot tips terbaru dari mana saja, dan baik secara sadar maupun tidak sadar selalu berusaha membenarkan nasihat-nasihat tersebut. Karena itulah pada bab ini Graham mengajak para investor yang intelijen agar untuk tidak kelewat naif, dan mulai 'memakai otak'. Dengan kata lain, bagaimana kita sebaiknya memilah-milah masukan yang benar berguna dan masukan yang tidak berguna?

Ternyata saran Graham dalam menghadapi para penasihat dan berjibun hot tips-nya tidaklah rumit, dan bahkan sangat masuk akal. Investor yang intelijen akan:
  • waspada terhadap masukan apa pun. Jangan pernah langsung percaya pada siapa pun juga! Rekomendasi apa pun haruslah kita verifikasi sendiri apakah sesuai dengan gaya main saham pribadi, dan apakah sesuai dengan apa yang ada pada rencana investasi kita. Jangan pernah sekedar ikut-ikutan saja apa yang disarankan para pemberi nasihat.
  • menghindari mereka yang berkoar-koar berhasil mencetak return yang kelewat tidak masuk akal. Return main saham yang terlalu tinggi sebenarnya sangat mencurigakan. Biasanya mereka itu benar-benar ngibul, atau terlena setelah sekedar cuan besar sesaat yang biasanya tidak lagi berulang ke depannya. Orang-orang seperti inilah yang ironisnya langsung self-declare masternya main saham dan sok menggurui siapa pun bahwa cara main saham mereka itu yang paling benar. Justru sebaliknya, orang-orang macam inilah yang nasihatnya harus benar-benar diabaikan investor yang intelijen.
  • mengutamakan nasihat dari analis keuangan profesional (Chartered Financial Analyst) dari perusahaan sekuritas besar dan terpercaya. Suka tidak suka, seorang CFA profesional yang kompeten tentu saja memiliki sejumlah keunggulan seperti akses informasi langsung ke emiten-emiten tertentu yang biasanya tidak dimiliki oleh investor ritel. Masukan dari mereka bisa bermanfaat sebagai pelengkap hasil riset pribadi yang harus sudah dilakukan sendiri oleh investor ritel.
  • investor pasif justru tidak butuh lagi masukan main saham yang aneh-aneh. Ingat, investor pasif disarankan Graham untuk membatasi diri dengan mengoleksi saham-saham dari perusahaan Blue-Chips saja seperti yang sudah masuk dalam DJIA atau 'mungkin' indeks LQ-45 untuk kasus di Indonesia. Jadi kenapa harus bingung-bingung lagi?
  • memastikan penasihat mereka benar-benar konsisten memberikan masukan yang baik. Tidak peduli sehebat apa pun latar belakang sang penasihat, tetap saja masukan mereka belum tentu cocok dengan gaya main saham pribadi. Selalu kritis terhadap masukan apa pun, sampai masukan mereka terbukti konsisten menguntungkan dan sesuai dengan gaya main saham pribadi.
Zweig di sisi lain lebih menekankan kewaspadaan dalam mempertimbangkan masukan dari penasihat keuangan profesional. Dalam hal ini Zwaig bahkan lebih konservatif lagi daripada Graham. Investor yang intelijen harus selalu mengerjakan PR akan kualitas sang penasihat, tidak ada tapi-tapian. Bahkan sebaiknya google saja sekalian, bagaimana reputasi sang penasihat sebelum menerima masukan darinya.

Dengan kata lain, usahakan mencari info sebanyak mungkin akan:
  • seberapa peduli sang penasihat dalam usaha membantu kliennya,
  • seberapa dalam pemahaman sang penasihat akan prinsip-prinsip investasi yang intelijen seperti yang dijabarkan oleh Benjamin Graham,
  • seberapa tinggi pengetahuan, keahlian, dan pengalaman profesional sang penasihat. Gelar profesional seperti Chartered Financial Analyst (CFA), Certified Financial Planner (CFP), atau Certified Public Accountant (CPA) merupakan nilai plus, walaupun kita juga tidak boleh lupa untuk tetap kritis di sini.


Trust the pros, but always verify.
Sumber: CFA Society Indonesia

Kuncinya disini menurut Zwaig adalah menilai seberapa besar ketertarikan sang penasihat dengan situasi keuangan pribadi sang investor. Apakah dia benar-benar mempertimbangkan anggaran para rekan untuk berinvestasi? Tujuan investasi anda? Feeling anda terhadap pasar? Aspek psikologis? Penasihat yang baik akan serius mempertimbangkan hal-hal tersebut bahkan sebelum mereka melemparkan masukan apa pun kepada anda.

Justru jika mereka tidak menanyakan hal-hal tersebut, mereka tidak benar-benar peduli apa yang akan terjadi setelah para rekan menerima masukan mereka. Waspadalah terhadap pemberi nasihat yang membahayakan investor seperti itu.

Pesan moral disini adalah selalu berhati-hati dan bersikap kritis. Ingatlah selalu bahwa alasan kita berinvestasi itu karena kita ingin mencetak profit. Kalau kita kelewat naif percaya begitu saja masukan dari orang lain, kita sebenarnya sama saja dengan mengandalkan orang lain yang seringkali tidak tahu dan tidak benar-benar peduli situasi finansial kita pribadi. Selalu ingat bahwa dunia investasi penuh dengan pemain curang, penipu, dan maling, sampai-sampai malaikat penjaga neraka akan terus sibuk sampai berpuluh-puluh tahun ke depan. Waspadalah, waspadalah!

No comments:

Post a Comment