Thursday, January 16, 2014

Main Saham ala Intelligent Investor - A Comparison of Four Listed Companies

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ulasan ini adalah kelanjutan dari Bab 12, dan mengacu pada Bab 13: A Comparison of Four Listed Companies, hal 330 – 346.

Bab ini membahas bagaimana Graham mengevaluasi Value suatu perusahaan pada tahun 1972 sebagai contoh. Empat perusahaan Amerika yang menjadi fokus Graham adalah ELTRA (a merger of Electric Autolite and Mergenthaler Linotype enterprises), Emerson Electric (a manufacturer of electric and electronic products), Emery Air Freight (a domestic forwarder of air freight), dan Emhart Corp (originally a maker of bottling machinery only, but now also in builders’ hardware).
Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan Graham adalah:
  • Profitabilitas. Lihat profibilitas dari dekade sebelumnya.
  • Stabilitas. Bagaimana perusahaan bertahan pada tahun-tahun terberat mereka.
  • Growth. Ingat nasihat Graham pada bab sebelumnya. Jangan hanya lihat data tahun terakhir, cari tahu juga bagaimana kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.
  • Struktur keuangan. Aset lancar harus dua kali lipat dari hutang lancar.
  • Dividen. Pembayaran dividen harus konsisten dari tahun ke tahun.
  • Harga. Untuk melihat trend harga dari waktu ke waktu.
Setelah mempertimbangkan semua hal di atas, Graham menarik kesimpulan bahwa Emerson dan Emery sudah kemahalan. Emerson memiliki potensi jangka panjang yang lebih baik, tetapi Emery hanya layak dikoleksi pada harga yang 'pantas'. ELTRA dan Emhart masih cukup murah, dan bisa dikoleksi oleh investor pasif karena memenuhi 'tujuh syarat statistik' yang akan dijabarkan Graham pada bab berikutnya.

Zwaig lalu mengulang analisis Graham pada konteks yang lebih modern pada tahun 80-an, 90-an, dan awal 2000-an. Berhubung hanya Emerson perusahaan yang masih bertahan ketika Zwaig menulis bagian komentar, Zwaig mengambil contoh tiga perusahaan lain, yaitu EMC (enables companies to automate the storage of electronic information over computer networks), Expeditor's International (helps shippers organize and track the movement of goods around the world), dan Exodus Communications (hosts and manages websites for corporate customers, along with other Internet services).

Ternyata kesimpulan Zwaig tidak jauh berbeda dengan Graham. Perusahaan yang tidak stabil di atas kertas dengan growth yang terlalu cepat memang tidak akan memberikan return investasi yang stabil!

Kasus yang sangat ekstrim ada pada perusahaan hi-tech Exodus Communication, yang tidak berkutik ketika gelembung dotcom pecah sampai akhirnya Exodus Communication jatuh terkapar menjadi sekedar saham busuk pada 2003. Sebaliknya perusahaan Emerson dengan bisnis produk rumah tangga, AC, dan motor listriknya justru terus bertahan dari zaman Graham secara konsisten, dan masih tetap berkibar dengan gagahnya ketika gelembung dotcom pecah.

Ada satu pesan moral yang tersirat dari bab ini. Value investor tidak tertarik membeli saham-saham yang paling panas pada masanya! Saham-saham ini sepintas memang sangat menjanjikan dengan return jangka pendek yang luar biasa, tetapi seringkali juga saham-saham tersebut sudah kebangetan mahalnya dan akan terjun bebas dengan sangat ekstrim (ingat BUMI?). Justru Value Investor akan cenderung mengincar perusahaan-perusahaan yang bisnisnya membosankan (Old Economy kalau dalam istilah Buffet), tetapi memiliki peluang sangat besar untuk terus bertahan sampai jauh ke depannya.

Ulasan berikutnya adalah Bab 14: Stock Selection for the Defensive Investor, hal 347 – 375. Selamat membaca!

2 comments: