Tuesday, January 21, 2014

Main Saham ala Intelligent Investor - Stock Selection for the Enterprising Investor

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ulasan ini adalah kelanjutan dari Bab 14, dan mengacu pada Bab 15: Stock Selection for the Enterprising Investor, hal 376 – 402.

Setelah pada bab sebelumnya kita membahas tujuh syarat statistik bagi investor pasif, bab ini akan memberikan kriteria Graham bagi investor aktif. Dengan kata lain, bagaimana memilih saham-saham Value?

Saya tahu, saya tahu! PER-nya harus rendah kan, Bung Willy?

Yup, tepat sekali. PER atau rasio harga terhadap laba yang rendah itu yang biasanya pertama kali menjadi fokus investor aktif. Jika menggunakan stock screener, kita bisa meng-input syarat PER-nya di bawah 9 misalnya.

Graham lalu memberikan 5 syarat tambahan untuk saham pilihan investor aktif:
  1. Struktur keuangan yang sehat. Aset lancar minimal 150% dari hutang lancar.
  2. Stabilitas laba. Perusahaan tidak merugi selama 5 tahun terakhir.
  3. Dividen. Pembagian dividen harus konsisten.
  4. Growth laba. Laba tahun terakhir harus di atas laba 5 tahun yang lalu.
  5. Harga. PBV harus lebih kecil dari 120%.

Ada beberapa penjelasan lain dari Graham mengenai situasi spesial, tetapi saya pribadi agak kesulitan mencari analoginya yang pas untuk pasar modal Indonesia.

Di sisi lain, Zweig menekankan bahwa sekedar mengetahui shopping list Value Investing seperti pada bab ini dan bab sebelumnya bukanlah hal yang paling utama. Terlebih penting di sini adalah agar investor aktif berlatih, berlatih, dan berlatih. Jangan berhenti hanya pada 'kulitnya' saja dengan sekedar screening saham lalu 'tembak langsung' saja uang semuanya diinvestasikan di emiten yang ada pada daftar. Proses investasi aktif ini yang mulai dari screening, meninjau kinerja masa lalu emiten, lalu 'nebak' kinerja emiten ke depannya tidak bisa langsung mengerti dengan sekedar membaca buku Intelligent Investor. Itu butuh jam terbang juga sampai investor aktif benar-benar jago.

Waduh, jadi bagaimana dong, Bung Willy? 

Ya mulai saja latihan dengan portofolio virtual. Beberapa broker atau website finansial di Indonesia memperbolehkan simulasi trading, atau bisa juga menggunakan jasa online portfolio tracker seperti dari Bloomberg.

Dengan memulai investasi lewat simulasi dengan uang virtual, investor bisa belajar dari kesalahan tanpa kerugian langsung. Simulasi juga bisa membangun disiplin untuk menghindari trading yang berlebihan bagi anda yang ingin menjadi investor yang serius. Dan bahkan lebih jauh lagi, investor bisa membandingkan gaya main sahamnya pribadi dengan para profesional betulan, dan mencoba-coba gaya main saham yang berbeda-beda sampai dapat yang pas sebelum mulai investasi dengan uang betulan.

Misalnya setelah 1 tahun mencoba simulasi dan para rekan puas dengan hasilnya, baru buka rekening investasi saham dengan uang betulan. Jika ternyata setelah 1 tahun simulasi para rekan ujung-ujungnya hanya bosan dan tidak senang dengan proses investasinya, berarti memang menjadi investor aktif bukanlah pilihan yang tepat bagi para rekan. Silakan buka rekening reksadana indeks, dan nikmatilah sisa hidup anda sebagai investor pasif.

Kini kita sampai pesan moral bab ini. Tidak peduli teknik mereka dalam berinvestasi saham, investor sejati yang sukses memiliki dua kesamaan. Pertama, mereka disiplin dan konsisten. Investor aktif tidak akan mengubah-ubah gaya main mereka semaunya, walaupun gaya main mereka tidak sesuai dengan gaya main kebanyakan orang. Yang kedua, mereka benar-benar mendedikasikan waktu dan energi mereka untuk bisa mengerti apa yang mereka lakukan dalam berinvestasi, tetapi mereka tidak tertarik memelototi naik turunnya pasar setiap saat yang seringkali memang tidak masuk akal.


PS: Saya mendapatkan masukan yang menarik dari rekan Value Investors di USA, mengapa saya tidak membahas senjata pamungkas Benjamin Graham pada bab ini, yaitu saham Net-Net. Sebenarnya saya ini ingin menyimpan konsep Net-Net sampai setelah pembahasan Intelligent Investor selesai, karena itu terkait juga dengan kisah keberhasilan Walter & Edwin Schloss, yang ingin saya bahas secara terpisah. Harap bersabar.


Ulasan berikutnya adalah Bab 16: Convertible Issues and Warrants, hal 403 – 421. Selamat membaca!

7 comments:

  1. akhirnya.. haha..
    ditunggu utk kelanjutannya bang hehe...
    sambil menunggu, sambil baca ulang2 dlu, biar tahu he2..

    ReplyDelete
  2. Nice blog post. But I'll be glad if you will post some news or information regarding forex signals, so as to trade in the forex market.

    ReplyDelete
  3. Tulisan yang bagus mr.Willy. berkunjung ke blog saya juga ya... ritelinvestor.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mr. Soedjarwo. Suatu kehormatan juga CEO seperti anda mau mampir ke blog saya yang sederhana ini. Sepertinya blog 'ritelinvestor' anda lebih ke catatan dan short-term trading plan daripada long-term investment ya?

      Delete
    2. Betul pak Willy, saya lebih ke swing investor untuk saat ini. alasanya saya kurang sabar menunggu untuk waktu yang lama, selain itu keuntungan yang sudah diperoleh dari trading lebih menjanjikan buat saya. btw nama saya Adi seorang investor retail, keponakanya bpk Jarwo hehehe..

      Delete
    3. Trading itu menjanjikan keuntungan yang cepat memang, asalkan market sedang bullish. Waspada saja kalau market balik bearish lagi, susah dapat untung pas market bearish.... atau lebih gawat lagi, crash.

      Delete
    4. Seperti yang pak Willy katakan, market di Indonesia belum bisa nge short, jadi memang betul waspada kalau market turun... lebih baik menunggu sampai market benar2 aman kembali..

      Delete