Saturday, September 19, 2015

Main Saham ala Intelligent Investor - The Superinvestors of Graham-and-Doddsville

[Pos ini ©2015 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ulasan ini mengacu kepada bagian Epilog: The Superinvestors of Graham-and-Doddsville, hal 537 – 560. Selamat membaca!

Setelah selesai membahas bab-bab utama dari buku The Intelligent Investor, mari kita putar waktu sejenak ke tahun 1984. Lokasinya adalah Columbia University School of Business. Kaum akademis dan value investors sedunia telah berkumpul di sana untuk merayakan ulang tahun ke-50 terbitnya buku Security Analysis karya Benjamin Graham dan David Dodd.

Selain itu, mereka pun berkumpul untuk menyaksikan duel intelektual antar Profesor Michael Jensen, salah satu kampiun utama efficient market hypothesis, versus Warren Buffet, murid Graham yang secara terbuka menentang ide EMH. Agar lebih seru, selanjutnya saya akan menampilkan tafsiran saya secara bebas bagaimana debat itu berjalan, dengan saya sebagai moderatornya.

Michael Jensen sangat percaya bahwa EMH itu nyata
Sumber: AZ Quotes


W: Pak Jensen, anda boleh membuka dialog ini sekarang.

J: Terima kasih Pak Willy. Tuan-tuan, nyonya-nyonya sekalian, sadarkah anda bahwa apa yang anda semua lakukan itu tidak lebih kemujuran belaka? Apa-apaan itu value investing. Sudah basi! Coba anda semua bayangkan ada kontes lempar koin nasional. Ok? Saya yakin tidak ada orang waras di ruangan ini yang bakal percaya kalau ada skill tersendiri untuk bisa nebak hasil lemparan koin ke depan.

Jadi pilihan anda head atau tail?
Sumber: http://tripeaksconsulting.com/wp-content/uploads/2015/01/coin-flipping.jpg

 W: Sebentar Pak Jensen, boleh dijabarkan lebih detail?

J: Begini Pak Willy. Ayo kita selenggarakan kontes lempar koin nasional. Kita tantang 268 juta orang di Amerika untuk bertaruh 1 dolar setiap kali berhasil menebak hasil lemparannya. Jadi setiap kali ada yang nebaknya benar, yang salah nebak harus bayar 1 dolar ke pihak yang benar. Setelah itu, para pecundang kita singkirkan dari meja taruhan, dan kita dobel taruhannya. Nah, koin yang normal peluangnya hanya fifty-fifty kan? Dan setiap kali taruhan dijalankan, separuh partisipan yang kalah akan keluar dari permainan.

Setelah 10 lemparan, kita akan punya sekitar 260.000 orang yang sudah berhasil nebak 10 kali berturut-turut.  Dan setelah 20 lemparan, kita akan punya sekitar 250 orang yang berhasil nebak 20 kali berturut-turut. Itu sih bukan skill, tapi bener-bener luck.

Kelompok yang menang ini akan punya lebih dari satu juta dolar pada poin ini. Saya yakin bahkan sudah akan ada konferensi pers segala tentang skill mereka yang luar biasa sampai bisa-bisanya nebak benar lemparan koin 20 kali berturut-turut! Malahan mungkin ada dari mereka yang dengan lancangnya sudah menulis buku segala tentang trik nebak lemparan koin atau jadi nabi palsu sekalian tentang main koin ala Intelligent Investor.

W: Wah, wah, jangan begitu dong Pak Jensen.

J: Kenapa? Merasa tersindir ya Pak Willy? Hahaha... bahkan kalau pun kita ganti 268 juta orang tadi dengan 268 juta monyet, ya hasilnya juga di akhir-akhir bakalan sama saja. Akan ada sekelompok monyet yang memang cuma mujur saja kok setelah 20 kali lemparan koin. Bego bener jika sampai ada yang sampai percaya monyet-monyet itu memang punya skill tersendiri untuk nebak hasil lempar koin. Kok kedengarannya mirip ya sama para value investors? Hahahaha....

Pada detik ini, kalau saya tidak bisa menahan diri, sudah akan terjadi drama pencekikan di depan para peserta seminar. Dan saya yakin jika Jensen terus asal bacot seperti tadi, dia tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup....

W: Bisa mohon kembali lagi ke diskusi kita, Pak?

J: Ok-ok, nah jadi mestinya sudah jelas kan dari analogi tadi kalau orang seperti Pak Buffet di samping ini yang memang cuma lucky kok. To be fair, EMH tidak pernah bilang kalau orang tidak bisa mujur. Kita hanya percaya kalau faktor keberuntungan itu tidak akan bisa diraih secara konsisten. Kalau turnamen lempar koin tadi kita ulang lagi dari awal, mustahil orang-orang yang sama akan menang lagi pada putaran turnamen berikutnya. Dengan kata lain, semuanya itu benar hanya random events, dan bisa dihitung secara statistik.

B: Boleh saya bicara sekarang?

W: Silakan Pak Buffet.

B: Pak Jensen memberi analogi yang menarik soal monyet. Ok, mari kita kupas lebih jauh. Kita adakan kontes lempar koin dengan 268 juta monyet. Memang benar secara statistik kalau setelah 20 kali lemparan, kita akan punya 250 ekor monyet pemenang....

Pada detik ini, Jensen sudah tersenyum puas penuh kemenangan.

B: ... tetapi, ada satu hal yang menarik. Ke-250 monyet tersebut ternyata semuanya berasal dari suatu kebun binatang di Omaha misalnya. Apakah anda masih akan percaya ini benar-benar kebetulan belaka? Anda barangkali akan bertanya-tanya, monyet-monyet itu dikasih makan apa? Atau mereka ada dilatih khusus sebelumnya?

Senyum Jensen disini menghilang, dan dia mulai terlihat pucat.

B: Nah, ini kan artinya ada konsentrasi keberhasilan tertentu di atas rata-rata. Seorang pengamat yang astute akan melakukan investigasi lebih mendalam apa konsentrasi karakteristik yang bisa menjadi penyebabnya. Kalau mengutip ke kalimat Pak Jensen tadi, "kok kedengarannya mirip ya sama para value investors? Hahahaha...."

Para peserta seminar dan saya ikut tertawa bersama Pak Buffet. Suasana menjadi cair.

B: Kelompok investor sukses tersebut semuanya mengacu kepada sang bapak intelektual: Benjamin Graham. Yang menarik disini, anak-anak dari sang bapak semuanya sudah pergi merantau meninggalkan rumah bapaknya, dan membangun sistem investasi mereka sendiri dengan cara yang berbeda-beda. Mereka telah pergi ke tempat yang berlainan, memperjualbelikan saham dari perusahaan yang beraneka ragam pula, tetapi tetap saja mereka memiliki rekor yang tidak bisa dijelaskan dengan kebetulan acak belaka. Bahkan sang bapak pun tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan, beliau hanya sebatas mengemukakan teori intelektual tentang bagaimana mengambil keputusan nebak koin, tetapi tiap-tiap anak menerapkan teori tersebut dengan gaya mereka sendiri.


Nah, value investing itu kan idenya mencari saham-saham yang value-nya punya marjin aman yang lebar relatif terhadap harga saham kan? Pak Jensen mungkin benar kalau berpikir kemajuan teknologi informasi dan analisis pasar akan membuat pasar semakin efisien, dan sukses jangka panjang main saham ya hanya pure chance. Namun, jika para pemenang jangka panjang tersebut semuanya berasal dari penganut setia value investing, dan mereka semua beroperasi secara independen satu sama lain, maka tidak masuk akal kalau dibilang keberhasilan mereka adalah faktor keberuntungan belaka. Justru sebaliknya, ini adalah kemenangan dari strategi yang tepat.


Pak Willy, bisa tolong dipasang slide yang saya bawa?

W: Oh iya, ini saya pasang di depan layar ya pak.

Strategi para anak value investing di perantauan

B: Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian, coba perhatikan slide yang saya bawa. Ini adalah 9 dari pengelolaan dana investasi yang relatif sudah berhasil semuanya. Salah satunya adalah Buffet Partnership saya sendiri yang sudah tutup pada 1969. Bisa anda lihat dengan mata-kepala sendiri bahwa average long-term returns dari para manajemen investasi tersebut semuanya di atas rata-rata pasar.

Sekali lagi saya tekankan bahwa para MI ini semuanya menjalankan strategi investasi yang berbeda-beda, hanya saja dasar teorinya tetap mengacu kepada value investing pak Benjamin Graham. Bahkan bagi yang skeptis model Pak Jensen di samping saya ini, harap diingat bahwa timing pembelian sahamnya seringkali tidak bersamaan. Para manajer ini semuanya benar-benar independen satu sama lain.


Ada tiga hal penting yang saya ingin saya tekankan disini. Pertama, kami percaya pada premis dari Graham-Dodd: semakin tebal marjin antara harga saham yang sedang unvervalue dengan value sejatinya, justru semakin kecil risiko yang diambil para investor. Dan sebaliknya pun juga sama, ketika marjin aman menipis, risiko justru meningkat. Yang kedua, potensi return mau tidak mau akan berkurang ketika nilai dana pengelolaan bertambah, karena jumlah saham undervalue yang bisa dibeli akan semakin sedikit. Dan terakhir, kalau mengacu kepada latar belakang para manajer yang sukses, ada implikasi bahwa seseorang akan langsung menerima strategi value investing, atau tidak akan pernah menerimanya, tidak peduli mau dilatih seperti apa atau seperti apa pengalaman mereka yang sukses dengan value investing.


Saya tidak mengerti mengapa manusia senang membuat ribet sesuatu yang semestinya sederhana... dan ini akan terus berlanjut ke depannya. Tetap saja ada orang-orang yang tidak bisa menerima kalau bumi itu bulat, padahal jelas-jelas sudah tak terhitung banyaknya kapal berlayar mengelilingi samudera... dan demikian pula, mereka yang percaya kepada ajaran Graham dan Dodd, akan terus bertambah jaya.
Tepat setelah kalimat Buffet yang terakhir
, seisi ruangan langsung berdiri dan memberikan standing ovation yang meriah, sedangkan Jensen sudah patah semangat tertunduk lesu. Pada jamuan makan setelah debat, kami semua sepakat bahwa malam itu akan tercatat dalam sejarah bahwa Buffet sudah berhasil membungkam EMH once and for all, dan value investing akan tetap jaya ke depannya.

7 comments:

  1. malam pak Willy,
    Saya ada pembaca setia pak Iyan di blog nya terusbelajarsaham, beberapa kali saya melihat pak Willy berkomentar disana
    dan sering saya melihat diskusi menarik mengenai perbedaan pandangan dari pak Iyan yang Teknikal dan pak Willy yang Fundamental

    Di salah satu bagian di komentar beliau, pak Iyan pernah menyatakan bahwa
    "Dan yang PALING PENTING: saya sebagai pemain saham kelas teri, berkesimpulan bahwa FUNDAMENTAL perusahaan sudah TERCERMIN dari pergerakan harga."
    Bagaimana pandangan pak Willy mengenai pernyataan ini?
    Kalau menurut saya pernyataan itu benar 100%,
    kita tidak perlu susah2 mendalami fundamental perusahaan seperti LK dll, karena toh pada akhirnya yang kita cari adalah kenaikan harga yang mana akan tercermin secara visual di chart.. alih2 "buang waktu" untuk mendalami fundamental lebih baik kita ikut trend yang sedang ada saja bukannya seharusnya lebih gampang?
    Terimakasih atas pencerahannya..

    NB just MHO blog pak Willy sangat bagus hanya saja saya mengalami kesulitan membaca dengan fokus dikarenakan tulisan putih dengan background yang bukan warna solid , agak mengganggu konsentrasi baca..maaf ya pak Willy kalau tidak berkenan :)

    Regards,
    Erwin- newbie

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas komentarnya, Erwin. Saya percaya teknikal dan fundamental, keduanya memang berasal dari paradigma yang berbeda, tetapi menurut saya keduanya bisa saling melengkapi tergantung pribadi investornya.

      Premis teknikal seperti yang dibilang Pak Iyan itu benar kalau fundamental perusahaan bisa tercermin dari pergerakan harga. Namun jangan lupa, ada premis teknikal lain yang menekankan kalau tren mesti terkonfimasikan oleh volume transaksinya. Saham2 yang tidak likuid yang volumenya sangat kecil atau erratic pasti berantakan hasilnya kalau ngotot harga mati mesti analisis teknikal.

      Coba Erwin baca2 lebih dalam premis teknikal di Dow Theory agar lebih jelas, mungkin Bung Iyan juga sudah pernah bahas.

      BTW, saham2 yang menjanjikan keuntungan sampai ratusan atau ribuan persen favorit Lo Kheng Hong (konon Warren Buffet-nya Indonesia) kebanyakan tidak likuid loh....

      Jabat erat,
      Willy

      Delete
  2. Makasih untuk mas willy karena telah mengulas buku intelligent investor ini yang menurut saya memang buku yang berat dan saya banyak belajar dari tulisan mas willy di blog ini terutama tentang investasi dan juga saya baru masuk ke dunia investasi bisa dibilang baru serta saya rasa saya lebih cocok dengan analisa fundamental
    Terakhir terima kasih mas willy

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama sama pak rizky. Good luck juga dengan analisis fundamentalnya ya.

      Delete
  3. Selamat siang Billy,
    saya pembaca baru di blog ini. Isinya sangat bermanfaat menurut saya. Kapan ada posting an baru lagi?

    Salam,
    Erwyn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you Bung Erwyn. Saya lagi agak sibuk belakangan ini, nanti kalau ada ide saya tulis lagi di blog ini.

      Jabat erat,
      Will

      Delete