Sunday, January 12, 2014

Main Saham ala Intelligent Investor - A General Approach to Security Analysis for the Lay Investor

[Pos ini ©2013 oleh Willy billythepip.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Ulasan ini adalah kelanjutan dari Bab 10, dan mengacu pada Bab 11: A General Approach to Security Analysis for the Lay Investor, hal 280 - 309.

Tak terasa kita sudah mengulas separuh buku Intelligent Investor. Sungguh perjalanan yang sangat menarik setelah dipikir-pikir. Kalau dari sepuluh bab pertama kita melihat strategi Value Investing secara general, maka pada sepuluh bab kedua kita akan mengupas strategi Value Investing secara spesifik.

Saya rasa Pak Graham ingin agar kita tidak sekedar mengikuti mentah-mentah metode kuantitatif valuasi saham ala Graham, dan melupakan esensi dari Value Investing sejati. Itulah sebabnya bab-bab awal buku Intelligent Investor penuh dengan nasihat-nasihat umum bagi investor ritel, sebelum kita masuk ke detil spesifik main saham ala Value Investor.

Jadi bagaimana kita melakukan valuasi terhadap suatu saham? Menurut Graham, ada 5 hal utama yang harus kita perhatikan.
  1. Prospek jangka panjang perusahaan secara umum. Fokuslah pada laporan keuangan perusahaan. Apakah perusahaan terus tumbuh dengan mantap? Apakahan pertumbuhan ini sejalan dengan harga sahamnya? Apakah harga saham naik turun tidak karuan dan tidak sejalan dengan bisnis perusahaan? Harga boleh saja naik turun tidak karuan karena Tuan Pasar sedang kumat, asalkan bisnis perusahaan benar-benar tumbuh dengan mantap. Usahakan menganalis data yang cukup, paling tidak 5 tahun ke belakang.
  2. Kualitas manajemen. Yang ini memang susah-susah gampang. Graham memberikan contoh pentingnya faktor manajemen pada kasus Turnaround. Perusahaan jelek bisa saja berbalik bangkit lagi jika manajemen yang baru sukses melakukan perubahan. Atau bisa juga dengan melihat Laporan Tahunan perusahaan dari waktu ke waktu, dan perhatikan apakan manajemen benar-benar konsisten melaksanakan apa yang mereka rencanakan, dan juga secara terbuka membahas langkah-langkah strategis mereka. Waspadalah jika tingkah laku manajemen cenderung aneh-aneh dan tidak sejalan dengan kelangsungan bisnis perusahaan.
  3. Struktur modal dan keuangan yang sehat. Sebaiknya hutang perusahaan serendah mungkin, tetapi perhatikan juga trendnya dari waktu ke waktu. Dalam jangka panjang, hutang perusahaan haruslah konsisten rendah atau terus menurun. Ingat persamaan dasar akuntasi bahwa Aset = Liabilitas + Ekuitas. Atau dalam bahasa awam, harta perusahaan datang dari meminjam uang orang lain dan merogoh kantong sendiri. Semakin besar persentase harta yang datang dari kantong sendiri, semakin baik.
  4. Konsistensi pembagian dividen. Graham ingin perusahaan terus membagikan dividen terus-menerus selama 20 tahun terakhir(!). Perusahaan yang tidak konsisten kebijakan dividennya itu cukup mencurigakan.
  5. Dividend Payout Ratio. Semakin besar Rasio Pembayaran Dividen, semakin baik. Capital gain bukanlah target utama dari Pak Graham. Beliau lebih senang mendapatkan pemasukan yang konsisten dari dividen yang dibagikan perusahan setiap tahun.

Komentar-komentar dari Zweig lebih terkait langsung dengan dunia investasi Amerika, tetapi kita bisa mencari analoginya dengan dunia investasi Indonesia.

Untuk menganalisis prospek jangka panjang suatu emiten misalnya, kita bisa mengunduh Laporan Keuangan & Tahunan dari situs IDX atau situs emiten yang bersangkutan selama beberapa tahun ke belakang, dan biasanya ada 2 versi Laporan Tahunan yang diberikan kepada investor. Versi yang user-friendly yang penuh gambar-gambar lucu dan foto-foto menarik, dan versi serius yang seperti Laporan Keuangan betulan - karena itu memang Laporan Keuangan betulan yang dibuat dan diaudit oleh akuntan profesional.

Yang ada di situs IDX biasanya hanya yang versi serius, sedangkan yang ada di situs perusahaan bisa saja tersedia keduanya. Abaikan Laporan Tahunan yang user-friendly (saya terlalu ekstrim disini awalnya. Rekan Parahita memberi masukan agar Annual Reports juga tetap dibaca bersamaan dengan Laporan Tahunan. Penjelasan lebih lengkap ada di Post Script), silakan baca Annual Reports tersebut bersamaan dengan dan fokuslah pada Laporan Tahunan yang serius karena disitulah kita akan bisa mendapatkan data-data yang lebih komplit tanpa basa-basi untuk analisis fundamental.

Ah, Bung Willy sadis amat. Laporan Tahunan itu tebal-tebal benar loh! Bisa sampai 100 - 200 halaman. Saya mau yang versi lucu-lucunya saja, atau yang versi ringkasnya. Kan sama saja dalamnya?
 
Dan sekali lagi saya ingatkan, jika para rekan disini langsung mengeluh tidak mau memeras keringat bersusah payah membaca Laporan Keuangan yang serius, berarti anda memang tidak pantas menjadi seorang investor aktif. Silakan kubur mimpi anda di siang bolong untuk menjadi the next Warren Buffet atau Lo Kheng Hong, beli saja reksadana indeks, dan gunakan waktu luang anda untuk hal-hal yang lebih bermanfaat di luar pasar modal. Paham?

Kalau sudah paham, inilah beberapa analisis fundamental praktis yang dikemukakan Zwaig:
  • Analis laporan arus kas. Perhatikan bagaimana uang mengalir masuk dan keluar sepanjang tahun. Jika ada banyak sekali cash dari aktivitas pendanaan sedangkan cash dari aktivitas operasi terus menerus negatif, berarti ada yang tidak beres karena ini memberikan indikasi bahwa perusahaan cenderung gali lubang tutup lubang. Perusahaan yang sehat seharusnya mampu menutup biaya pengeluaran dari aktivitas operasinya (hidup murni dari bisnis), dan bukan dari aktivitas pendanaan (menerbitkan obligasi baru, right issue, dll). Ada banyak variasi analisis arus kas, tetapi intinya disini adalah bisnis harus bisa mencetak uang lebih banyak daripada menghabiskannya. Segila apa pun naik-turunnya harga saham, nilai perusahaan akan terus meningkat jika arus kas dari aktivitas operasi terus tumbuh selama bertahun-tahun.
  • Perhatikan "moat" atau keunggulan kompetitif dari perusahaan. Bayangkan moat itu sebagai parit pelindung kastil abad pertengahan. Kastil dengan moat yang baik akan sanggup bertahan dari gempuran ganas lawannya, sedangkan kastil tanpa moat tidak akan sanggup bertahan digempur lawan. Dalam dunia bisnis, moat bisa mencakup: strong brand (misalnya motor gede langsung terbayang Harley Davidson), monopoli baik secara langsung maupun praktis, kemampuan untuk menekan biaya serendah mungkin tetapi juga tetap memberikan profit margin yang cukup (misalnya pisau cukur Gillette yang relatif murah karena diproduksi massal sampai bilyunan), aset tak berwujud yang unik (ingat Coca-Cola, kalau dipikir-pikir hanya air gula kecoklatan, tetapi sanggup membangun konsumen yang setia di seluruh dunia), atau resistensi terhadap substitusi (misalnya perusahaan listrik, nyaris tidak mungkin ada sumber energi lain yang bisa menggantikan listrik ke depannya).
  • Perhatikan pendapatan dan laba tahunan dari waktu ke waktu. Perusahaan yang sehat sebaiknya terus tumbuh labanya dengan mantap, dan bukannya naik turun tidak karuan. Zwaig senang membayangkan perusahaan yang sehat sebagai pelari marathon dan bukan sprinter. Perusahaan yang growth-nya antara 10% sampai 15% cukup sustainable. Sedangkan perusahaan yang growth-nya jauh di atas 15% cenderung 'kehabisan nafas' pada tahun-tahun mendatang.
  • Perhatikan pengeluaran perusahaan untuk gaji manajemennya. Rasanya tidak masuk akal kalau perusahaan sampai kelewat bermurah hati membayar CEO-nya milyaran rupiah per tahun, belum lagi kalau sampai CEO juga sekalian dapat fasilitas rumah, mobil, tunjangan hari raya, dan lain sebagainya. Ini perusahaan untuk memperkaya investornya atau manajemennya?
Analisis Fundamental praktis
Sumber: Kontan.co.id
  • Waspada terhadap aksi korporasi yang aneh-aneh. Stock-split yang berlebih-lebihan misalnya, bisa saja tidak menguntungkan investor, tetapi lebih banyak mengundang spekulan atau bandar dalam menggoreng saham. Begitu juga dengan buy-back. OK-lah jika buy-back dilakukan ketika harga saham sedang jatuh, tetapi tidak masuk akal melakukan buy-back jika harga saham sedang tinggi-tingginya. Bisa saja ini dilakukan oleh orang dalam yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, mengeksekusi opsi saham pada harga yang luar biasa mahal.


Pesan moral dari bab ini sebenarnya tercantum secara implisit pada bab-bab sebelumnya. Sekedar mencari nilai wajar suatu perusahaan hanyalah satu keping kecil dari kegiatan Value Investor. Justru mereka yang kelewat menekankan pentingnya mengetahui nilai wajar suatu perusahan akan kecewa karena mereka melupakan hal-hal lain yang juga tidak kalah penting dilakukan oleh seorang investor yang intelijen. Jika para rekan masih tidak setuju, stop. Baca ulang semua bab sebelumnya sebelum kita meneruskan ulasan pada bab-bab berikutnya. Saya yakin justru bab-bab sebelumnya lebih penting dan menunjukkan semangat seorang Value Investor yang sesungguhnya.

Ulasan berikutnya adalah Bab 12: Things to Consider About Per-Share Earnings, hal 310 – 329. Selamat membaca!


PS: Saya mendapat masukan dari rekan Parahita bahwa Annual Reports dan Financial Statements sebaiknya tetap dibaca bersamaan karena bisa saja ada info-info tertentu yang bisa kita ambil dari Annual Reports. Hal-hal seperti distribusi revenue, kapasitas produksi, rencana ekspansi, dll. Yang penting disini ada framework di awal tentang tujuan analisis dan cari datanya di mana saja. Seringkali investor harus googling juga supaya lengkap infonya.

Rekan Parahita disini benar, sungguh tidak bijak mengabaikan begitu saja Annual Reports yang bisa menjadi sumber informasi tersendiri akan emiten yang kita incar. Terima kasih banyak atas kritiknya yang sangat membangun, rekan Parahita.

No comments:

Post a Comment