Ulasan
ini adalah kelanjutan dari Bab 3, dan mengacu pada Bab 4: General Portfolio
Policy: The Defensive Investor, hal 88 - 111.
Sejauh ini kita telah melihat definisi yang
jelas dari Graham dan Zwaig tentang seorang Intelligent Investor. Mungkin para
rekan mulai bertanya-tanya, apakah seorang Intelligent Investor harus selalu rela
mengorbankan waktu dan energinya dalam bermain saham untuk mendapatkan hasil
yang secukupnya, tanpa kecuali? Bagaimana jika saya tidak memiliki cukup waktu
maupun energi untuk bermain saham, tetapi tetap ingin mendapatkan imbal hasil
secukupnya?
Nah, untuk menjawab pertanyaan di atas,
Graham membagi dua tipe Intelligent Investor. Pada beberapa bab ke depannya,
Graham juga akan membeberkan strategi yang lebih mendalam terkait dengan tipe
investor yang lebih cocok dengan gaya rekan-rekan pribadi.
Tipe investor yang pertama adalah investor aktif. Investor tipe ini aktif
meneliti kemungkinan investasi-investasi baru dan juga tanpa lelah
menginvestasikan waktu dan energi untuk mempelajari portofolio sahamnya. Investor
tipe ini juga seringkali dapat memilih saham-saham tertentu yang mampu memberikan
imbal hasil di atas rata-rata IHSG pada saat banteng melesat maupun beruang
mengamuk.
Tipe investor yang kedua, dan merupakan fokus utama dari bab ini, adalah investor pasif. Investor tipe ini lebih
memilih membeli saham sekali saja dan simpan selama mungkin (buy and hold strategy), atau rajin membeli saham pilihannya secara rutin apa pun yang terjadi (dollar-cost averaging strategy).
Termasuk pada tipe investor pasif adalah
mereka yang berlangganan mutual fund, atau lebih dikenal di Indonesia sebagai reksadana (Graham secara khusus menganjurkan index fund atau reksadana indeks. Hal ini akan
dibahas lebih detail pada bab berikutnya). Untuk reksadana saham misalnya, ini
bisa kita anggap sebagai koleksi saham-saham berdasarkan kriteria tertentu.
Jika kita membeli suatu reksadana saham, kita berarti telah menurunkan risiko rata-rata,
karena uang kita tersebar pada seluruh saham yang terdapat pada reksadana
tersebut.
Tipe-tipe reksadana di Indonesia. Source: Dr. Keuangan |
Apa pun tipe investornya, Graham tetap kukuh
pada konsep diversifikasi pada bab sebelumnya. Sebaiknya portofolio investasi
dibagi 50% saham dan 50% wadah investasi lainnya. Atau bisa juga sedikit
berubah proporsi portofolionya bergantung pilihan pribadi para investor, dengan
rekomendasi antara 25% - 75%.
Lebih jauh lagi Zwaig memberikan saran
bagaimana sebaiknya rasio portofolio ini para rekan terapkan. Hal-hal yang
patut para rekan pertimbangkan seperti tujuan investasinya, seberapa stabil
penghasilan rutin anda, apakah anda sudah berkeluarga atau belum, seberapa
toleran anda terhadap risiko, dll. Secara umum, semakin mantap kondisi anda
pada saat ini dan semakin panjang tujuan investasi para rekan, semakin tinggi
proporsi saham yang harus para rekan pertimbangkan pada portofolio pribadi.
"Ah, Bung Willy terlalu bertele-tele disini.
Mengapa tidak 100% saham saja untuk portofolio investasi saya?"
Yah, saya yakin ada di antara para rekan yang sudah berpikir seperti itu. Ternyata Zwaig sudah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan yang satu ini (saya sedikit adaptasi untuk pemain saham Indonesia). Jika para rekan benar-benar ingin investasi 100% di saham, anda harus dengan mantap:
Yah, saya yakin ada di antara para rekan yang sudah berpikir seperti itu. Ternyata Zwaig sudah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan yang satu ini (saya sedikit adaptasi untuk pemain saham Indonesia). Jika para rekan benar-benar ingin investasi 100% di saham, anda harus dengan mantap:
- Punya dana tunai untuk menopang keluarga setidaknya sampai 1 tahun ke depan
- Akan terus berinvestasi sampai 20 tahun ke depan
- Telah bertahan ketika beruang ganas mengamuk pada krisis 2008
- Tidak ikut-ikutan panik melepas saham ketika beruang ganas mengamuk pas krisis 2008
- Bukan saja anda tidak panik, anda malahan memborong lebih banyak saham lagi pas krisis 2008
- Tidak mudah terjebak kesintingan Tuan Pasar (harap menuju ke Bab 8 untuk tahu lebih banyak tentang Tuan Pasar) dan punya strategi mantap untuk berinvestasi saham pada kondisi apa pun
Strategi ini memang terdengar konservatif,
tetapi ini adalah harga yang harus anda bayar jika ingin nekat investasi 100%
portofolio anda di saham. Siapa pun yang panik ketika beruang ganas lepas pada
krisis sebelumnya juga tetap akan panik ketika beruang ganas kembali mengamuk.
Dan percayalah, anda akan sangat menyesal ketika itu terjadi.
Selebihnya bab ini membahas beberapa
alternatif selain saham yang patut para rekan pertimbangkan pada portofolio
pribadi. Graham terutama sekali memberikan penjelasan ringkas mengenai obligasi
baik dari negara maupun perusahaan, beserta untung ruginya. Poin terpenting
disini adalah Graham percaya bahwa obligasi sebaiknya bisa menjadi bagian dari
portofolio investasi para rekan untuk menjamin diversifikasi.
Pembelian obligasi secara langsung biasanya
tidaklah mudah karena membutuhkan biaya yang relatif sangat besar, tetapi Zwaig
mengingatkan bahwa sekarang kita bisa dengan mudah membeli reksadana yang portofolionya
mencakup obligasi.
Di Indonesia misalnya, kita bisa membeli
reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran sebagai alternatif yang
murah meriah agar portofolio kita tetap terdiversifikasi. Selain obligasi, para
rekan juga bisa mempertimbangkan tabungan, deposito, dan reksadana pasar uang
sebagai alternatif diversifikasi portofolio investasi seorang Intelligent
Investor.
Sebagai penutup, Zwaig menjabarkan
kemungkinan membeli saham untuk mendapatkan dividen sebagai salah satu cara
bermain saham yang konservatif. Beberapa saham di Indonesia dari BUMN atau
perusahaan yang sudah mantap perkembangannya tergolong rajin memberi dividen,
dan main saham tipe ini sering disebut dengan income investing. Hanya
saja harap diingat bahwa dividen umumnya hanya diberikan ketika perusahaan
mengalami keuntungan, dan dividen yang dibagikan besarnya bisa naik turun
bervariasi setiap tahunnya. Ini tidak cocok bagi investor yang mengharapkan
income yang stabil.
Jadi apa pesan moral dari bab ini? Graham memberikan
masukan yang sangat berharga terutama sekali bagi para investor pasif, yaitu
dengan cara diversifikasi. Dengan strategi yang mantap dan diversifikasi yang
cerdas, para investor pasif juga ada harapan untuk mendapatkan imbal hasil yang
secukupnya dari portofolionya.
Ulasan
berikutnya adalah Bab 5: The Defensive Investor and Common Stocks, hal 112 – 132. Selamat membaca!